Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 April 2015

CATATAN HATI SANG MAHASISWI



CATATAN HATI SANG MAHASISWI
Fitria Irmalasari
*Mahasiswi Universitas Indonesia
            Pada hari ini (29/4) saya telah mendapat hikmah dan pembelajaran yang mendalam dari sosok inspirator Indonesia, tokoh berpengaruh nan berjasa di negeri ini. Kesenduan dan keraguan saya lekas hilang pasca menyaksikan siaran langsung Mata Najwa On Stage di Balairung Universitas Indonesia. Pada acara ini menghadirkan berbagai elit tokoh baik dari eksekutif, legislatif, unit organisasi pemberantasan korupsi seperti KPK hingga artis. Tokoh yang dihadirkan, yaitu: BJ habibie, Johan Budi Sirait, Khofifah Indar Parawansa, Fahri Hamzah, Nidji, Reza Rahardian, Bunga Citra Lestari.
            Di tengah situasi politik yang gaduh dan kondisi pemerintahan yang tidak stabil; korupsi merajalela harga bahan pokok terus melonjak yang menyebabkan kebutuhan ekonomi masyarakat semakin tercekik. Atas dasar itu, terkadang saya gundah gulana dan merasa pesimis terhadap kemajuan bangsa. Sempat pula berpikir bahwa minimnya  lahan pekerjaan, sulitnya berkembang, dan tingginya nepotisme di negeri ini. Apakah saya salah dan subyektif berpikir demikian? Apakah itu adalah sebuah fakta atau ilusi semata?. HENTIKAN! Pun apabila realitasnya seperti itu saya akan mencoba menghilangkan racun itu dari pikiran saya.
            Setelah menyaksikan acara Mata Najwa On Stage, pemikiran saya kian terbuka dan rasa nasionalisme saya semakin meningkat. Percaya atau tidak atau dianggap berlebihan atau tidak, selama acara berlangsung dengan berbagai nasihat yang diutarakan tokoh-tokoh tersebut, saya terharu hingga menangis. Saya sedih terhadap diri saya sendiri; dalam hati bertanya-tanya setelah 21 tahun lamanya ini, saya telah berbuat apa? Saya telah memberikan apa?. Rupanya saat itu saya mengalami konflik batin. Saya menyesali kesia-siaan waktu yang diberikan Tuhan. Rupanya selama ini mental saya terlalu rapuh; selalu mengedepankan kekecewaan dan selalu menuntut hak.  Padahal saya tidak patut menanyakan hak dan menunggu perubahan sementara saya tinggal duduk diam. Sudahlah, penyesalan tiada guna mari kita sama-sama menatap kedepan, menjadi pelopor dan inovator muda yang penuh dengan perubahan untuk sebuah karya.
            Merangkum dari acara Mata Najwa On Stage yang dimulai dari pernyataan bahwa jadilah pemimpin, namun semua pemimpin mempunyai resiko pekerjaan, penuh perjuangan. Solusinya adalah beranilah untuk bermimpi dan merealisasikan mimpi tersebut. Dalam catatan puisi yang menyatakan bahwa visi tanpa aksi hanyalah mimpi dan visi harus dipersiapkan menjadi aksi. Mengingat 2/3 luas negara Indonesia terdiri dari Maritim. Maka, apabila selama ini kita mendengar “Mari Bung Rebut Kembali” cobalah ubah menjadi “Maritim Rebut Kembali”. Ketahuilah bahwa pikiran negatif hanya berfungsi sebagai parasit, maka kita harus memiliki pemikiran yang terbuka (Open minded) dan pemikiran yang sadar tentang kehidupan.
            Generasi muda, simaklah dan ketahuilah bahwa negara Indonesia bisa jatuh hanya karena ada sepuluh koruptor. Apakah kini kita sudah merasakan kejatuhan negara kita?. Apakah kita hanya menunggu perubahan-dengan hanya duduk diam tak berdaya?. Janganlah berpikir demikian, dik. Itulah yang menyebabkan bahwa saat ini kita mengalami minim keteladanan dan krisis kepemimpinan!. Tahukah apa itu maknanya?. Krisis kepemimpinan bukan berarti tidak mempunyai pemimpin sama sekali, melainkan punya pemimpin tetapi tidak terlihat ada pemimpin atau tidak bisa menjadi pimpinan. Apakah Anda bingung? Hehe. Maksud krisis kepemimpinan bukan berarti tidak ada pemimpin sama sekali, melainkan ada pemimpin namun tidak terlihat ada pemimpin atau tidak bisa menjadi pemimpin. Ada banyak alasan yang melandasinya salah satunya pemimpin yang telah menjadi pimpinan itu hanya berfungsi sebagai simbol, utusan, atau pemimpin yang berorientasi pada kekuasaan karena ia haus kekuasaan. Apakah kini kita sudah menyadari hal tersebut?. Coba, look up dan introspeksi diri, apa kesalahan kita sebagai generasi pembaharu dan lalu pikirkan apa kesalahan negeri ini sehingga kini situasi kondisinya begitu memprihatinkan.
            Lantas, apakah begitu sulit bagi kita untuk berintrospeksi diri? Apakah kita hanya mampu menyalahkan orang lain? Tidakkah lebih mudah untuk berkaca diri pada cermin yang selalu menyatakan kejujurannya? Marilah kita bersama melaksanakan perubahan bangunlah, dan ciptakan walaupun dari hal kecil. Resapi tagline yang penuh makna ini: “Kalau bukan kita, siapa lagi?”.
            Eyang Habibie, beliau senang dengan sebutan demikian, memang sempat didaulat menjadi presiden Indonesia hanya sebentar menggantikan Soeharto: “Biarlah sebentar daripada lama tapi bermasalah”. Pesan yang sangat berharga dari serangkaian acara ini sangat banyak sampai merasuk pada hati. Beliau senantiasa memimpin atas dasar cinta. Selanjutnya beliau menuturkan apabila ingin menjadi bangsa yang baik mari segera dibuktikan melalui pengabdian yang konkret; pengabdian itu harus didasarkan pada cinta.
            Kalian tahu kisruh politik yang mendera negeri ini semakin menjadi?. Ya mengertilah, bahwa politik itu pendek, tetapi cinta itu panjang; abadi dan membahagiakan hati. Gaduhnya politik kekinian dapat diatasi dengan produktifitas seseorang yang akan tergantung kepada perilaku individu dan kemampuan individu; outputnya adalah menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Cobalah berpolitik yang tidak saling sikut menyikut. Kalian tahu kenapa politik kita gaduh; debat kusir yang tak tentu arah ? Karena mereka mempunyai orientasi yang salah-berorientasi kepada kekuasaan. Padahal ada realitas yang lebih abadi daripada kekuasaan yakni: Cinta dan Ilmu. Apabila orientasinya pada kekuasaan berarti ujung tombaknya adalah menagih hak uang. Uppss, uang seberapapun jumlahnya jika dibagi-bagi maka akan cepat habis, sedangkan ilmu seberapapun kita bagi pasti akan memberikan kebahagiaan.
            Dalam kacamata penulis dengan penuh harap, semoga bangsa ini mampu melahirkan sosok pemimpin habibie-habibie muda nan baru; membawa pembaharuan dan budi yang luhur. Solusi terbaik adalah pembangunan Sumber Daya Manusia unggul, cerdas, dan berbudi pekerti. Pada hakikatnya, untuk membangun bangsa berarti harus ada sosok yang mempengaruhi tumbuh kembang anak hingga usia dewasa. Untuk mewujudkannya harus ada sosok hebat nan berkualitas dalam mendidik putra-putri bangsa generasi mendatang, yakni Ibu. Ibu harus menjadi tauladan,
            Habibie menyatakan optimisme terhadap generasi masa kini yang lebih berkualitas. Beliau mengharapkan agar mahasiswa khususnya, berada di ujung tombak perjuangan; tak kenal lelah dan tak mudah rapuh.
            Meloncat kepada topik kebudayaan namun masih merujuk dengan topik diatas, ketahuilah “Tidak ada kebudayaan Indonesia! yang ada hanyalah peradaban Indonesia yang memuat hasil karya; hasil karyanya berasal dari produktivitas anak bangsa. Habibie selanjutnya menuturkan: “Saya akan pensiun setelah saya menghembuskan nafas terakhir, yang saya inginkan adalah ketentraman dan kesejahteraan anak bangsa”. Masya Allah, perjuangan beliau tak kenal lelah dengan menorehkan berbagai karya.
            Kutipan Habibie, ketahuilah saya tidak pernah bermimpi namun menjadi suatu kepastian bahwa saya hidup dengan kerja keras dan terencana. Saya bangga terhadap Indonesia yang penuh dengan toleransi. Bangsa Indonesia memiliki 300 suku namun dapat hidup berdampingan dan saling berdamai serta memiliki cita-cita dan tujuan yang sama, masyarakat Indonesia memiliki lebih dari 80% yang menganut agama Islam, tetapi bukan disebut sebagai negara Islam, serta kita memiliki toleransi tinggi terhadap pemeluk agama lain. Merujuk kepada realitas sosial tersebut berarti masyarakat Indonesia mempunyai kualitas iman yang tinggi, toleran, dan pendamai. Jadi, untuk apa kita merusak kesatuan dan persatuan Indonesia, sedangkan kita sudah rukun dalam perbedaan.
            Pesan yang disampaikan Reza Rahardian berikut ini sangat terngiang bagi saya: “Kalau keadaan tidak memihak kepada kita, maka tak ada jalan alternatif selain menguatkan diri sendiri!”. Jadi, janganlah mudah terprovokasi, jangan ikut-ikutan, jangan pernah merasa drop ataupun mudah kecewa terhadap situasi yang tidak sesuai dengan harapan kita, yakinlah jika keputusan itu baik bagi orang lain, jangan takut untuk ditentang, InsyaAllah jalan terbaik pasti akan datang.
            Kawan, sudah saatnya kita berpikir dan bertindak fokus terhadap bidang yang kita cintai-Pernyataan terakhir dari Habibie di acara Mata Najwa On Stage cinta tulus yang berlandaskan kepada sang illahi (Habibie: Cinta Illahi). Karena saya sangat menikmati kehangatan cinta illahi yang saya peroleh dari do’a dan cinta.; karena cinta adalah kunci dari segalanya. Cinta itu terdapat empat unsur, yakni: Cinta kepada sesama, Cinta kepada karya, Cinta kepada lingkungan, dan Cinta kepada kedudukan dan tugas. Keempat unsur cinta itu diintegrasikan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cobalah pahami karena itu bukanlah sebuah teori tetapi napas dalam hati yang berdasarkan pada pengalaman dan kesadaran hati.

           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar