CATATAN HATI SANG MAHASISWI
Fitria
Irmalasari
*Mahasiswi Universitas Indonesia
Pada hari ini (29/4) saya telah
mendapat hikmah dan pembelajaran yang mendalam dari sosok inspirator Indonesia,
tokoh berpengaruh nan berjasa di negeri ini. Kesenduan dan keraguan saya lekas
hilang pasca menyaksikan siaran langsung Mata Najwa On Stage di Balairung Universitas Indonesia. Pada acara ini
menghadirkan berbagai elit tokoh baik dari eksekutif, legislatif, unit
organisasi pemberantasan korupsi seperti KPK hingga artis. Tokoh yang dihadirkan,
yaitu: BJ habibie, Johan Budi Sirait, Khofifah Indar Parawansa, Fahri Hamzah, Nidji,
Reza Rahardian, Bunga Citra Lestari.
Di tengah situasi politik yang gaduh
dan kondisi pemerintahan yang tidak stabil; korupsi merajalela harga bahan
pokok terus melonjak yang menyebabkan kebutuhan ekonomi masyarakat semakin
tercekik. Atas dasar itu, terkadang saya gundah gulana dan merasa pesimis terhadap
kemajuan bangsa. Sempat pula berpikir bahwa minimnya lahan pekerjaan, sulitnya berkembang, dan
tingginya nepotisme di negeri ini. Apakah saya salah dan subyektif berpikir
demikian? Apakah itu adalah sebuah fakta atau ilusi semata?. HENTIKAN! Pun apabila
realitasnya seperti itu saya akan mencoba menghilangkan racun itu dari pikiran
saya.
Setelah menyaksikan acara Mata Najwa
On Stage, pemikiran saya kian terbuka
dan rasa nasionalisme saya semakin meningkat. Percaya atau tidak atau dianggap
berlebihan atau tidak, selama acara berlangsung dengan berbagai nasihat yang
diutarakan tokoh-tokoh tersebut, saya terharu hingga menangis. Saya sedih
terhadap diri saya sendiri; dalam hati bertanya-tanya setelah 21 tahun lamanya
ini, saya telah berbuat apa? Saya telah memberikan apa?. Rupanya saat itu saya
mengalami konflik batin. Saya menyesali kesia-siaan waktu yang diberikan Tuhan.
Rupanya selama ini mental saya terlalu rapuh; selalu mengedepankan kekecewaan
dan selalu menuntut hak. Padahal saya
tidak patut menanyakan hak dan menunggu perubahan sementara saya tinggal duduk diam.
Sudahlah, penyesalan tiada guna mari kita sama-sama menatap kedepan, menjadi
pelopor dan inovator muda yang penuh dengan perubahan untuk sebuah karya.
Merangkum dari acara Mata Najwa On Stage yang dimulai dari pernyataan bahwa
jadilah pemimpin, namun semua pemimpin mempunyai resiko pekerjaan, penuh
perjuangan. Solusinya adalah beranilah untuk bermimpi dan merealisasikan mimpi
tersebut. Dalam catatan puisi yang menyatakan bahwa visi tanpa aksi hanyalah
mimpi dan visi harus dipersiapkan menjadi aksi. Mengingat 2/3 luas negara
Indonesia terdiri dari Maritim. Maka, apabila selama ini kita mendengar “Mari
Bung Rebut Kembali” cobalah ubah menjadi “Maritim Rebut Kembali”. Ketahuilah bahwa
pikiran negatif hanya berfungsi sebagai parasit, maka kita harus memiliki
pemikiran yang terbuka (Open minded) dan
pemikiran yang sadar tentang kehidupan.
Generasi muda, simaklah dan
ketahuilah bahwa negara Indonesia bisa jatuh hanya karena ada sepuluh koruptor.
Apakah kini kita sudah merasakan kejatuhan negara kita?. Apakah kita hanya
menunggu perubahan-dengan hanya duduk diam tak berdaya?. Janganlah berpikir
demikian, dik. Itulah yang menyebabkan bahwa saat ini kita mengalami minim
keteladanan dan krisis kepemimpinan!. Tahukah apa itu maknanya?. Krisis
kepemimpinan bukan berarti tidak mempunyai pemimpin sama sekali, melainkan
punya pemimpin tetapi tidak terlihat ada pemimpin atau tidak bisa menjadi
pimpinan. Apakah Anda bingung? Hehe. Maksud krisis kepemimpinan bukan berarti
tidak ada pemimpin sama sekali, melainkan ada pemimpin namun tidak terlihat ada
pemimpin atau tidak bisa menjadi pemimpin. Ada banyak alasan yang melandasinya salah
satunya pemimpin yang telah menjadi pimpinan itu hanya berfungsi sebagai
simbol, utusan, atau pemimpin yang berorientasi pada kekuasaan karena ia haus
kekuasaan. Apakah kini kita sudah menyadari hal tersebut?. Coba, look up dan introspeksi diri, apa
kesalahan kita sebagai generasi pembaharu dan lalu pikirkan apa kesalahan
negeri ini sehingga kini situasi kondisinya begitu memprihatinkan.
Lantas, apakah begitu sulit bagi
kita untuk berintrospeksi diri? Apakah kita hanya mampu menyalahkan orang lain?
Tidakkah lebih mudah untuk berkaca diri pada cermin yang selalu menyatakan
kejujurannya? Marilah kita bersama melaksanakan perubahan bangunlah, dan
ciptakan walaupun dari hal kecil. Resapi tagline
yang penuh makna ini: “Kalau bukan kita, siapa lagi?”.
Eyang Habibie, beliau senang dengan
sebutan demikian, memang sempat didaulat menjadi presiden Indonesia hanya
sebentar menggantikan Soeharto: “Biarlah sebentar daripada lama tapi bermasalah”.
Pesan yang sangat berharga dari serangkaian acara ini sangat banyak sampai
merasuk pada hati. Beliau senantiasa memimpin atas dasar cinta. Selanjutnya beliau
menuturkan apabila ingin menjadi bangsa yang baik mari segera dibuktikan
melalui pengabdian yang konkret; pengabdian itu harus didasarkan pada cinta.
Kalian tahu kisruh politik yang
mendera negeri ini semakin menjadi?. Ya mengertilah, bahwa politik itu pendek,
tetapi cinta itu panjang; abadi dan membahagiakan hati. Gaduhnya politik
kekinian dapat diatasi dengan produktifitas seseorang yang akan tergantung
kepada perilaku individu dan kemampuan individu; outputnya adalah menghasilkan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Cobalah berpolitik
yang tidak saling sikut menyikut. Kalian tahu kenapa politik kita gaduh; debat
kusir yang tak tentu arah ? Karena mereka mempunyai orientasi yang
salah-berorientasi kepada kekuasaan. Padahal ada realitas yang lebih abadi
daripada kekuasaan yakni: Cinta dan Ilmu. Apabila orientasinya pada kekuasaan
berarti ujung tombaknya adalah menagih hak uang. Uppss, uang seberapapun
jumlahnya jika dibagi-bagi maka akan cepat habis, sedangkan ilmu seberapapun
kita bagi pasti akan memberikan kebahagiaan.
Dalam kacamata penulis dengan penuh
harap, semoga bangsa ini mampu melahirkan sosok pemimpin habibie-habibie muda
nan baru; membawa pembaharuan dan budi yang luhur. Solusi terbaik adalah
pembangunan Sumber Daya Manusia unggul, cerdas, dan berbudi pekerti. Pada hakikatnya,
untuk membangun bangsa berarti harus ada sosok yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak hingga usia dewasa. Untuk mewujudkannya harus ada sosok hebat nan
berkualitas dalam mendidik putra-putri bangsa generasi mendatang, yakni Ibu. Ibu
harus menjadi tauladan,
Habibie menyatakan optimisme
terhadap generasi masa kini yang lebih berkualitas. Beliau mengharapkan agar
mahasiswa khususnya, berada di ujung tombak perjuangan; tak kenal lelah dan tak
mudah rapuh.
Meloncat kepada topik kebudayaan
namun masih merujuk dengan topik diatas, ketahuilah “Tidak ada kebudayaan
Indonesia! yang ada hanyalah peradaban Indonesia yang memuat hasil karya; hasil
karyanya berasal dari produktivitas anak bangsa. Habibie selanjutnya
menuturkan: “Saya akan pensiun setelah saya menghembuskan nafas terakhir, yang
saya inginkan adalah ketentraman dan kesejahteraan anak bangsa”. Masya Allah,
perjuangan beliau tak kenal lelah dengan menorehkan berbagai karya.
Kutipan Habibie, ketahuilah saya
tidak pernah bermimpi namun menjadi suatu kepastian bahwa saya hidup dengan
kerja keras dan terencana. Saya bangga terhadap Indonesia yang penuh dengan
toleransi. Bangsa Indonesia memiliki 300 suku namun dapat hidup berdampingan
dan saling berdamai serta memiliki cita-cita dan tujuan yang sama, masyarakat
Indonesia memiliki lebih dari 80% yang menganut agama Islam, tetapi bukan
disebut sebagai negara Islam, serta kita memiliki toleransi tinggi terhadap
pemeluk agama lain. Merujuk kepada realitas sosial tersebut berarti masyarakat
Indonesia mempunyai kualitas iman yang tinggi, toleran, dan pendamai. Jadi,
untuk apa kita merusak kesatuan dan persatuan Indonesia, sedangkan kita sudah
rukun dalam perbedaan.
Pesan yang disampaikan Reza
Rahardian berikut ini sangat terngiang bagi saya: “Kalau keadaan tidak memihak
kepada kita, maka tak ada jalan alternatif selain menguatkan diri sendiri!”.
Jadi, janganlah mudah terprovokasi, jangan ikut-ikutan, jangan pernah merasa
drop ataupun mudah kecewa terhadap situasi yang tidak sesuai dengan harapan
kita, yakinlah jika keputusan itu baik bagi orang lain, jangan takut untuk
ditentang, InsyaAllah jalan terbaik pasti akan datang.
Kawan, sudah saatnya kita berpikir
dan bertindak fokus terhadap bidang yang kita cintai-Pernyataan terakhir dari
Habibie di acara Mata Najwa On Stage cinta
tulus yang berlandaskan kepada sang illahi (Habibie: Cinta Illahi). Karena saya
sangat menikmati kehangatan cinta illahi yang saya peroleh dari do’a dan cinta.;
karena cinta adalah kunci dari segalanya. Cinta itu terdapat empat unsur,
yakni: Cinta kepada sesama, Cinta kepada karya, Cinta kepada lingkungan, dan
Cinta kepada kedudukan dan tugas. Keempat unsur cinta itu diintegrasikan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Cobalah pahami karena itu bukanlah sebuah teori tetapi
napas dalam hati yang berdasarkan pada pengalaman dan kesadaran hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar